WAHANANEWS.CO, CIANJUR - Koperasi Mitra Maslahat Gula Aren yang berdiri sejak tahun 2023, kini telah menaungi 60 petani aren. Jumlah yang terus bertambah, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap sektor ini.
Menariknya, profesi sebagai penyadap atau petani aren kini semakin diminati oleh kalangan pemuda di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Baca Juga:
Seorang Pria di Cianjur Ngamuk Bawa Golok ke Rumah Saudaranya Sendiri
Bagi para pemuda tersebut, pekerjaan menyadap nira memberikan kepastian penghasilan yang lebih stabil dibanding harus merantau ke kota.
Terlebih lagi, di bawah kepemimpinan Irpan Nasution, koperasi ini menjamin pembelian nira dengan harga flat yang berada di atas harga pasar, memberikan rasa aman dan keberlanjutan bagi para petani.
Di Bojongpicung sendiri, profesi penyadap aren merupakan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Seperti yang dilakukan Kelompok Tani Aren Manis yang diketuai oleh Nasrudin.
Baca Juga:
Warga Kompak Bongkar 8 Makam Keramat Palsu di Cianjur, Kades: Awalnya dari Mimpi Katanya
Bersama keluarganya, Nasrudin mengelola pohon-pohon aren milik keluarga secara kompak dan penuh dedikasi.
“Bekerja menyadap aren itu selain pakai tenaga, juga perlu pakai hati dan berpikiran positif. Supaya hasil niranya subur dan lancar begitulah cerita kearifan lokal setempat,” ucapnya dikutip dari SWA, Jumat (18/4/2025).
Para petani aren Cianjur ini bahkan sangat memerhatikan dan menjaga kualitas gula aren Cianjur. Karena air nira yang diambil sebagai bahan gula tidak bisa bertahan terlalu lama, maka ditambahkan suatu bahan alami untuk mengawetkan.
Bahan-bahan alami dari akar Pohon Kawao ini membuat air nira lebih awet, karena dapat memperlambat fermentasi nira.
Sementara itu, mengelola nira menjadi gula aren bukan hanya urusan dapur dan tradisi. Di Kabupaten Cianjur, upaya ini menjadi bagian dari strategi besar untuk memperkuat ekonomi lokal, memperluas ekspor, dan bahkan berkontribusi pada misi swasembada gula nasional.
Pohon aren yang tumbuh subur di wilayah ini tak sekadar peneduh alam, tapi juga penopang ekonomi dan simbol ketahanan komunitas.
Cita rasa gula aren Cianjur yang legit, aromatik, dan tanpa rasa pahit telah menjadikannya komoditas unggulan. Kini, produk ini bahkan mulai menembus pasar internasional.
Di balik kesuksesan itu, berdiri para petani aren dari Bojongpicung yang tergabung dalam Koperasi Mitra Maslahat Klaster Gula Aren.
Didukung program pendanaan dan pendampingan dari Sentra UMKM BSI Maslahat, koperasi ini mampu memproduksi hingga 600 kilogram gula semut setiap hari.
Kelompok Tani Gula Aren Cianjur telah menyadari pentingnya diversifikasi produk untuk menjangkau berbagai segmen pasar. Upaya ini terbukti mampu meningkatkan nilai tambah dari produk aren, sekaligus mendorong harga jual yang lebih kompetitif.
“Kami menjual produk ini ke pasar yang berbeda. Alhamdulillah ada pasarnya masing-masing, permintaan pelanggan selain berupa gula aren padat, juga gula semut dan gula cair,” ucap Yoga.
Tak hanya diminati di pasar domestik, produk gula aren Cianjur juga mulai menarik perhatian pasar ekspor, antara lain dari Dubai, Belgia, Hongkong, dan Singapura.
“Walau masih dalam jumlah skala kecil, kami optimistis akan ada kesempatan besar lainnya yang terbuka,” tambah Yoga dengan nada penuh harapan.
Selain menghasilkan gula, pohon aren juga memiliki potensi ekonomi lain seperti injuk dan kolang-kaling. Ketua Bumdes Desa Kemang, Rojidin, bahkan telah berhasil memasarkan Cangkaleng, sebutan lokal untuk kolang-kaling, hingga ke Filipina dan Thailand.
“Kolangkaling ini menjadi makanan yang diminati juga sebagai makanan budaya dari Negara Filipina, sehingga potensinya besar,” ujar Rojidin.
Lebih jauh, keberadaan pohon aren juga mendukung pembangunan berkelanjutan. “Kami pertahankan keberadaan pohon aren di Kabupaten Cianjur ini. Tidak boleh ditanami yang lain karena dapat membantu menguatkan pondasi tanah dari bencana longsor. Dibandingkan pohon pisang yang akan menjadikan tanah gembur,” tutur Kepala Desa Kemang Dadan Subarna.
Dengan demikian, geliat ekonomi berbasis gula aren sekaligus memperkuat daya tahan lingkungan.
Koperasi Mitra Maslahat di Desa Ciputri juga mencatat pertumbuhan positif sejak mendapatkan bantuan modal sebesar Rp362,5 juta dari BSI Maslahat.
Bantuan ini memungkinkan peningkatan kapasitas produksi, legalitas usaha, serta bertambahnya jumlah petani yang tergabung.
Irpan Nasution dan timnya tak hanya membina soal teknis produksi, tapi juga membangun jembatan ke sektor perbankan, pelatihan pembibitan, dan pengolahan produk turunan.
“Alhamdulillah dengan memprioritaskan kesejahteraan petani, mereka menjadi loyal pada koperasi ini. Kami juga berani membeli nira di harga flat yang lebih besar dari pasaran walau kondisi pasar sedang turun,” ujar Irpan.
Strategi ini menjadikan koperasi bukan hanya tempat menjual hasil panen, tetapi rumah yang menjaga keberlangsungan profesi para petani.
Lewat pemanfaatan teknologi dan kanal digital, ribuan produk aren kini terjual secara daring. Irpan berhasil membuka akses ke pasar online dan B2B dengan total penjualan mencapai 8 ton.
“Ternyata banyak yang berminat dengan Gula Aren Cianjur ini. Bahkan permintaan konsumen semakin banyak tapi belum sanggup kami penuhi seluruhnya, karena produksi aren belum cukup banyak. Perlahan-lahan kami coba penuhi permintaan mereka,” pungkasnya.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]