WAHANANEWS.CO, CIANJUR - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat telah menetapkan Kejadian Luar Biasa atau KLB karena 176 warga termasuk 78 siswa mengalami keracunan setelah menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga sebagian besar mendapat perawatan di rumah sakit.
Dilansir dari Tempo, Kepala Sekolah MAN I Cianjur Erma Sopiah mengatakan 800 murid yang menyantap hidangan MBG pada pukul 12.00 WIB. Sore hari, ada sembilan siswa mengeluh pusing, mual, dan muntah, hingga menjalani perawatan di sekolah.
Baca Juga:
176 Warga Cianjur Keracunan, Pemkab Tetapkan KLB dan Lakukan Investigasi MBG
Namun jumlah yang mengeluh terus bertambah, sehingga mereka lagsung dibawa ke rumah sakit.
Sementara siswa yang mengalami keracunan M Raihan, 16 tahun, menjalani perawatan di rumah, mengatakan sempat mencium bau tidak sedap dari daging ayam suwir yang menjadi salah satu menu dalam paket MBG yang dihidangkan.
"Satu kelas 36 orang mendapat jatah MBG pada siang hari, saya sempat mencium bau tidak sedap dari ayam suwir yang menjadi lauk, selang beberapa jam setelah menyantap makanan tersebut, saya merasa pusing, mual dan muntah," ujarnya.
Baca Juga:
176 Warga Cianjur Keracunan Makanan, Usai Makan MBG dan Acara Hajatan
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengunjungi para siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat, yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara karena keracunan setelah menyantap MBG.
"Kami akan memperketat sistem pengawasan dan pelatihan terhadap seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuan kami bukan sekadar menyikapi kasus, tetapi membangun sistem pangan sekolah yang kuat, aman, dan berkelanjutan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Dadan menyebutkan kunjungan tersebut merupakan bentuk empati dan tanggung jawab langsung dari BGN atas peristiwa yang menimpa anak-anak di sekolah tersebut, dan menegaskan pihaknya akan memperbaiki keamanan MBG, serta memprioritaskan kesehatan seluruh penerima manfaat.
"Saya sangat prihatin dan ikut merasakan kekhawatiran para orang tua. Anak-anak adalah masa depan bangsa dan kesehatan mereka adalah prioritas utama kami," katanya.
Ia menambahkan BGN saat ini tengah menunggu hasil laboratorium dari sampel makanan yang dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk mengetahui penyebab pasti gangguan kesehatan tersebut. Hasil analisis dijadwalkan keluar dalam waktu 7–10 hari.
"Kami tidak ingin berspekulasi. Yang terpenting saat ini adalah memastikan anak-anak mendapatkan perawatan terbaik dan menjadikan kejadian ini sebagai pembelajaran besar untuk perbaikan sistem ke depan," ucapnya.
Dadan mengatakan, meskipun pengolahan makanan di dapur penyedia MBG telah mengikuti standar yang ditetapkan, evaluasi menyeluruh akan tetap dilakukan, mulai dari manajemen dapur, penyimpanan bahan pangan, hingga pengantaran ke sekolah.
Menurutnya, perbaikan gizi melalui program MBG adalah investasi penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, karena gizi yang baik terbukti mendukung kesehatan fisik, perkembangan otak, serta kecerdasan, dan daya pikir anak di usia sekolah.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]