WAHANANEWS.CO, CIANJUR - Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Ruhli Solehudin mengatakan pihaknya sudah mendapatkan laporan terkait puluhan siswa di Kecamatan Sindangbarang terpaksa belajar di teras sekolah karena dua bangunan kelas ambruk akibat lapuk dimakan usia.
Oleh sebab itu, pihaknya menargetkan bangunan sekolah yang rusak berat akibat bencana alam dan lapuk dimakan usia diperbaiki tahun ini, seperti SDN Majumulya di Kecamatan Sindangbarang.
Baca Juga:
Bareskrim Polri Endus Ada Penyalahgunaan Dana Kebencanaan di RSUD Sayang Cianjur
"Kami targetkan di tahun ini minimal pada perubahan anggaran dapat dilakukan perbaikan sekolah yang rusak berat dengan prioritas akibat bencana alam dan lapuk dimakan usia agar proses belajar mengajar kembali normal," ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (11/4/2025).
Saat ini, tutur dia, lebih dari 100 ruang kelas yang ambruk dan rusak berat akibat bencana alam selama 2025 dan 1.200 ruang kelas yang rusak berat dan belum mendapat bantuan perbaikan di tahun 2024 akan mendapat bantuan secara bertahap.
Pihaknya akan meminta bantuan anggaran dari pemerintah provinsi dan pusat guna menuntaskan perbaikan ribuan ruang kelas yang rusak.
Baca Juga:
Setelah Penertiban di Kawasan Puncak Bogor, Kini Gubernur Jabar Pantau Tata Ruang Cianjur
"Kalau total yang rusak dengan berbagai kriteria mungkin lebih dari 1.200 ruang kelas, namun kita berupaya melakukan perbaikan agar setiap tahun jumlahnya terus berkurang," katanya.
Kepala SDN Majumulya Agus Rahadian mengatakan dua ruang kelas yang sejak beberapa tahun rusak masih dipaksakan untuk proses belajar mengajar siswa kelas 5 dan 6, namun dua hari lalu ambruk karena lapuk dimakan usia.
Beruntung saat ruang kelas ambruk proses belajar sedang libur sehingga tidak ada korban jiwa atau siswa yang tertimpa, sehingga proses belajar mengajar untuk sementara terpaksa dilakukan di teras sekolah.
"Siswa kelas 5 dan 6 terpaksa belajar di teras karena ruang kelas lain yang tersedia digunakan untuk kegiatan belajar untuk siswa kelas 1 sampai 4, selama ini kami memiliki enam ruangan, satu ruang guru dan lima ruangan untuk kelas," katanya.
Dia menjelaskan saat ini hanya tersisa empat ruangan di mana salah satu ruangan kelas dalam kondisi rusak namun masih dipaksakan untuk dipakai belajar mengajar siswa kelas 3 dan 4 dengan disekat.
"Kami berharap pembangunan dapat segera dilakukan karena kasihan sekitar 26 siswa dari total 78 siswa terpaksa menjalani proses belajar mengajar di teras, terlebih ketika hujan turun mereka cukup kesulitan untuk konsentrasi," katanya.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]